Gula stevia berasal dari tanaman Stevia rebaudiana, yang pertama kali ditemukan oleh ahli botani Antonio Bertoni pada tahun 1887. Sejak saat itu, stevia dipakai oleh masyarakat Paraguay dan Brazil sebagai pemanis alami.
Daun stevia mengandung dua senyawa utama penyumbang rasa manis, yaitu stevioside dan rebaudioside, yang tingkat kemanisannya bisa ratusan kali lebih tinggi dibanding gula biasa. Karena rasa manisnya sangat kuat, pemakaiannya pun jauh lebih sedikit dari gula pasir, sehingga otomatis menyumbang kalori lebih rendah pada tubuh.
Faktanya, Gula Stevia Lebih Menyehatkan
Stevia memiliki kalori yang jauh lebih rendah daripada gula biasa, bahkan tidak mengandung karbohidrat sama sekali. Hal ini membuat stevia lebih aman dikonsumsi oleh pengidap diabetes, karena karbohidrat adalah pemicu naiknya kadar gula darah.
Keunggulan lainnya adalah kemampuan stevia menurunkan indeks glikemik (GI) pada makanan. GI sendiri adalah indikator seberapa cepat makanan berkarbohidrat meningkatkan gula darah. Karena stevia memiliki GI rendah, efek kenaikan gulanya pun lebih terkendali.
Secara sederhana, mengonsumsi stevia memang lebih sehat dibandingkan gula pasir.

Pengganti Gula yang Baik, Tapi Perlu Teknik Tepat
Stevia bisa digunakan sebagai pengganti gula untuk berbagai masakan dan kue. Namun, jika tidak diolah dengan benar, stevia bisa mengeluarkan rasa pahit.
Terutama pada makanan panggang, hasil rasa dan teksturnya tidak akan sama seperti memakai gula biasa. Stevia menghasilkan reaksi pemanggangan berbeda—warnanya jadi lebih cokelat keemasan dan kadang ada sedikit rasa pahit. Tekstur makanan panggang juga bisa lebih keras.
Meski begitu, stevia tetap bisa bekerja efektif sebagai pemanis. Untuk mengurangi rasa pahit, kamu bisa mencampurnya dengan gula biasa dengan perbandingan 1:1 agar rasanya lebih seimbang.
Perlu Dibatasi Konsumsinya
Menurut Food and Drug Administration (FDA), batas aman konsumsi stevia adalah 4 mg per kilogram berat badan per hari.
Jika digunakan dalam jumlah wajar sebagai pemanis, stevia umumnya tidak menimbulkan efek samping. Namun jika berlebihan, beberapa orang bisa mengalami:
- kembung
- begah
- mual
Hal ini terjadi karena stevia lebih sulit dicerna bakteri usus, sehingga produksi gas meningkat. Ada juga kemungkinan reaksi alergi, terutama pada orang yang sensitif terhadap tanaman keluarga Asteraceae/Compositae seperti matahari, krisan, atau aster.
Interaksi Stevia dengan Obat
Meski tergolong aman, stevia bisa berinteraksi dengan beberapa jenis obat:
- Obat diabetes
Kombinasi stevia dan obat diabetes bisa menurunkan gula darah terlalu rendah (hipoglikemia). - Obat tekanan darah
Karena stevia dapat menurunkan tekanan darah, efeknya bisa berlipat jika dikombinasikan dengan antihipertensi. - Obat diuretik
Stevia diduga punya efek diuretik ringan. Jika dikombinasikan, risiko dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit bisa meningkat.
Jika kamu sedang menjalani pengobatan rutin, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter.
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Stevia
Walaupun stevia aman dikonsumsi banyak orang, beberapa hal tetap perlu diperhatikan:
- Alergi: jika kamu alergi tanaman tertentu, risiko alergi stevia bisa meningkat.
- Masalah pencernaan: konsumsi berlebihan dapat memicu gas, mual, atau kembung.
- Kehamilan & menyusui: umumnya aman dalam jumlah sedang, namun tetap disarankan berkonsultasi ke tenaga medis.
Dengan penggunaan yang tepat dan tidak berlebihan, stevia bisa menjadi pilihan pemanis yang lebih sehat untuk kehidupan sehari-hari.
Refrence : Halodoc
