Skip to content
Logo The Lady Log

The Lady Log

Woman News Update

  • Kentang Merah: Kandungan Gizi & Segudang Manfaat!
    Kentang Merah: Kandungan Gizi & Segudang Manfaat! Kesehatan
  • Lemongrass
    Rahasia Lemongrass untuk Kesehatan dan Perawatan Diri Kesehatan
  • “Rekomendasi Baju Bridesmaid yang Elegan” Fashion
  • Lokal69
    Tren Fashion Hijab Wanita Terkini | Gaya Modern dan Elegan Fashion
  • Manfaat Kerang Kepah: Kaya Nutrisi untuk Tubuh
    Manfaat Kerang Kepah: Kaya Nutrisi untuk Tubuh Kesehatan
  • Jambu Bol Buah Segar dengan Manfaat Kesehatan Luar Biasa
    Jambu Bol Buah Segar dengan Manfaat Kesehatan Luar Biasa Kesehatan
  • mantra69
    Sheila on 7 |Single Terbaru yang Menggebrak Musik Indonesia! Berita
  • Rambut Pendek
    Inspirasi Gaya Rambut Pendek yang Chic dan Modern Kecantikan
Reog Ponorogo Warisan UNESCO, Lalu Kebaya dan Kolintang?

Reog Ponorogo Warisan UNESCO, Lalu Kebaya dan Kolintang?

Posted on Desember 5, 2024Juni 22, 2025 By Tyler Price Tak ada komentar pada Reog Ponorogo Warisan UNESCO, Lalu Kebaya dan Kolintang?

Pada akhir 2021, Reog Ponorogo akhirnya diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda dunia. Ini adalah pencapaian yang membanggakan bagi masyarakat Ponorogo dan Indonesia. Mengingat Reog adalah salah satu tradisi budaya yang telah ada sejak berabad-abad lalu. Namun, di balik keberhasilan Reog Ponorogo, masih ada pertanyaan yang belum terjawab tentang nasib dua warisan budaya Indonesia lainnya, yaitu kebaya dan kolintang. Bagaimana dengan status keduanya di mata dunia?

UNESCO

Reog Ponorogo: Warisan Budaya Takbenda Dunia

Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional dari Jawa Timur yang terkenal dengan tarian dramatis, kostum megah, dan penggunaan topeng yang besar dan berat. Dalam pertunjukan Reog. Para penari menggunakan topeng singa barong yang disebut “Singo Barong” sebagai bagian dari pertunjukan yang melibatkan elemen-elemen teater, musik, dan tarian. Reog Ponorogo tidak hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga mencerminkan simbol-simbol kekuatan dan kebudayaan yang mendalam.

Proses masuknya Reog Ponorogo sebagai warisan budaya takbenda UNESCO dimulai dengan pengajuan dari pemerintah Indonesia. Yang menilai bahwa seni ini harus dilestarikan dan diakui secara internasional. Pada akhirnya, pada bulan Desember 2021, Reog Ponorogo resmi dimasukkan dalam daftar warisan takbenda budaya dunia oleh UNESCO. Bersama dengan berbagai tradisi lainnya dari berbagai belahan dunia. Pengakuan ini memberikan kesempatan lebih besar bagi generasi mendatang untuk terus melestarikan seni ini.

Nasib Kebaya: Ikon Mode dan Kebudayaan

Sementara Reog Ponorogo telah meraih pengakuan dunia, kebaya—sebuah simbol busana tradisional yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya bagi perempuan—masih dalam proses perjuangan untuk mendapatkan status yang sama. Kebaya memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan budaya Nusantara, terutama di Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Kebaya dipakai dalam berbagai acara formal, pernikahan, dan upacara adat, dan menjadi simbol keanggunan serta identitas budaya perempuan.

Pada tahun 2016, kebaya diajukan oleh Indonesia untuk masuk dalam daftar warisan budaya takbenda UNESCO. Namun hingga saat ini belum ada pengumuman resmi mengenai statusnya. Sebagai pakaian tradisional yang memiliki nilai budaya yang tinggi, kebaya bukan hanya sekadar busana. Tetapi juga sebuah simbol yang mendalam bagi perempuan Indonesia. Oleh karena itu, pengakuan kebaya sebagai warisan dunia takbenda UNESCO akan semakin menguatkan identitas dan budaya Indonesia di mata dunia.

UNESCO

Kolintang: Alat Musik dengan Keunikan Tinggi

Begitu juga dengan kolintang, alat musik tradisional dari Minahasa, Sulawesi Utara, yang terbuat dari kayu dengan nada yang dihasilkan dari bilah-bilah kayu yang dipukul. Kolintang memiliki keunikan tersendiri karena suara dan melodi yang dihasilkannya tidak hanya memikat telinga, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang kaya. Seperti halnya kebaya, kolintang belum mendapatkan pengakuan dari UNESCO meski telah diusulkan beberapa kali oleh pemerintah Indonesia untuk dimasukkan sebagai warisan budaya takbenda dunia.

Kolintang memiliki peran penting dalam pertunjukan musik tradisional di Minahasa dan menjadi simbol budaya yang mendalam di wilayah tersebut. Meski begitu, meskipun ada upaya yang terus berlanjut untuk mengajukan kolintang ke UNESCO, tantangan untuk mendapatkan pengakuan internasional masih ada. Kolintang, jika diakui sebagai warisan budaya dunia, akan memberi kesempatan bagi dunia untuk mengenal lebih dalam keunikan budaya Indonesia.

Mengapa Pengakuan UNESCO Penting?

Pengakuan oleh UNESCO terhadap warisan budaya takbenda sangat penting karena dapat membantu melestarikan tradisi dan meningkatkan kesadaran global akan keberagaman budaya dunia. Bagi kebaya dan kolintang, pengakuan ini akan membuka peluang untuk pelestarian yang lebih baik dan memperkenalkan budaya Indonesia lebih luas di kancah internasional.

Kesimpulan

Keberhasilan Reog Ponorogo sebagai warisan budaya takbenda UNESCO tentu menjadi kebanggaan bagi Indonesia. Namun perjalanan untuk kebaya dan kolintang masih panjang. Diharapkan dengan terus berjuang dan melibatkan komunitas budaya, dua warisan budaya ini juga bisa mendapatkan pengakuan internasional yang setara. Dengan begitu, kebudayaan Indonesia dapat tetap hidup dan berkembang, serta dikenal oleh dunia.

 

Refrence : Liputan6
Berita

Navigasi pos

Previous Post: Tren Kecantikan Ramah Lingkungan: Cinta Alam, Cantik Alami
Next Post: 7 Tanda Pesona yang Membuat Orang Tertarik Padamu

Related Posts

  • nusa77
    Food Waste: Solusi Cerdas demi Mengurangi Pemborosan Makanan Berita
  • Mitra77
    Bahan Bakar Fosil: Dampak dan Alternatif Energi Masa Depan Berita
  • Sadbor Ditangkap Polisi Terkait Judi Online: Kasus yang Menghebohkan Berita
  • zodiak
    Zodiak Mandiri dengan Semangat Positif yang Menginspirasi Berita
  • Truk Tabrak Tangerang: Insiden yang Mengguncang Kota Berita
  • Pohon Mahoni Berkualitas: Manfaat Pohon dan Cara Budidayanya
    Pohon Mahoni Berkualitas: Manfaat Pohon dan Cara Budidayanya Berita

More Related Articles

Dampak Food Waste Food Waste: Mengurangi Pemborosan dan Meningkatkan Kesadaran Berita
Food Waste: Pentingnya Pengelolaan Makanan yang Bijak Berita
mitra77 Mengurangi Pemanasan Global: Langkah-Langkah Pentingsa Depan Berita
7 Tanda Pesona yang Membuat Orang Tertarik Padamu 7 Tanda Pesona yang Membuat Orang Tertarik Padamu Berita
nusa77 Isu Lingkungan Global: Dampak dan Solusi Krisis Iklim Berita
mitra77 Rose & Bruno Mars | APT Populer Meski Dikritik di MAMA! Berita

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

  • Desember 2025
  • November 2025
  • Oktober 2025
  • September 2025
  • Agustus 2025
  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024

Postingan Terbaru

  • Inilah Khasiat Bunga Chamomile bagi Kesehatan Tubuh
  • Bunga Turi: Ciri, Kegunaan, dan Panduan Menanam Mudah
  • Konsumsi Jahe Bisa Bantu Turunkan Berat Badan, Benarkah?
  • Rahasia Manfaat Lada Hitam untuk Kesehatan
  • Manfaat Kayu Manis untuk Kesehatan yang Perlu Kamu Tahu

Baca Artikel Lainnya

  • Resep Makanan
  • Info Wanita Terkini
  • Emisi Karbon
    Emisi Karbon: Cara Mengelola & Mengurangi Jejak Karbon Anda Berita
  • Sayur Kale: Kandungan dan Manfaat bagi Kesehatan
    Sayur Kale: Kandungan dan Manfaat bagi Kesehatan Kesehatan
  • Fashion Wanita
    “Tips Untuk Pakaian yang Cocok Orang Gemuk” Fashion
  • Lokal69
    Bahaya Microplastic: Ancaman Tak Terlihat, Dampak Nyata! Kesehatan
  • Bunga Teratai Rahasia Sehat dan Cantik Alami
    Bunga Teratai Rahasia Sehat dan Cantik Alami Kecantikan
  • Cara Efektif Hilangkan Bau Jengkol Setelah Makan
    Cara Efektif Hilangkan Bau Jengkol Setelah Makan Kesehatan
  • Benarkah Mentimun Ampuh Turunkan Tekanan Darah?
    Benarkah Mentimun Ampuh Turunkan Tekanan Darah? Kesehatan
  • mitra77
    Slow Living: Keseimbangan Hidup yang Lebih seimbang Kesehatan

Copyright © 2025 The Lady Log.

Powered by PressBook Premium theme

Go to mobile version