Apakah kamu pernah merasa sangat tergila-gila pada seseorang hingga pikiranmu dipenuhi oleh dirinya setiap saat? Bisa jadi kamu mengalami limerence. Limerence merupakan kondisi psikologis yang ditandai dengan keterikatan emosional yang intens dan obsesif terhadap seseorang, yang disebut limerent object. Berbeda dari cinta biasa, limerence bisa menjadi gangguan serius jika tidak ditangani dengan baik.
Apa Itu Limerence?
Limerenc’e bukan sekadar jatuh cinta. Ini adalah keadaan mental dan emosional yang ekstrem, di mana seseorang terus-menerus memikirkan orang yang dikaguminya, berharap mendapatkan balasan perasaan yang sama. Setiap bentuk perhatian kecil dari orang tersebut bisa menimbulkan euforia, sedangkan penolakan atau ketidakhadiran bisa memicu kecemasan dan keputusasaan.
Ciri-Ciri Limerence
Beberapa ciri khas dari limerenc’e yang perlu dikenali, antara lain:
Pikiran obsesif tentang orang yang disukai.
Ketergantungan emosional terhadap respon dari orang tersebut.
Euforia berlebihan saat mendapat perhatian, walau kecil.
Kecemasan dan ketakutan akan penolakan.
Mengidealisasi kelebihan orang tersebut, serta mengabaikan kekurangannya.
Fokus ekstrem pada detail kecil, seperti nada suara, pesan singkat, atau senyuman.
Limerenc’e dapat mendorong seseorang untuk mencari validasi terus-menerus dan membuat mereka kehilangan fokus pada kehidupan pribadi.
Apa Penyebabnya?
Limerence belum sepenuhnya dipahami, tapi ada beberapa faktor yang bisa memicu kondisi ini:
Psikologis: Rasa percaya diri rendah, pengalaman cinta yang buruk, atau ketergantungan emosional.
Biologis: Adanya lonjakan hormon dopamin dan norepinefrin yang memicu perasaan senang dan ketagihan.
Sosial: Rasa kesepian, kurangnya dukungan emosional, atau trauma masa lalu.
Dampak pada Kesehatan Mental
Limerence bukan hanya tentang cinta, tapi bisa berdampak negatif pada mental jika dibiarkan:
Stres dan Kecemasan: Harapan yang tidak realistis menimbulkan tekanan.
Depresi: Jika cinta tidak berbalas, perasaan kecewa bisa memicu depresi.
Isolasi Sosial: Fokus berlebihan pada satu orang bisa membuat hubungan sosial lain terganggu.
Obsesi: Dalam kasus parah, bisa berkembang menjadi gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Cara Mengatasi Limerence
Limerence bisa dikendalikan dan bahkan disembuhkan, dengan pendekatan berikut:
Sadari dan Terima Perasaanmu: Pahami bahwa ini adalah bentuk ketergantungan emosional, bukan cinta sejati.
Batasi Interaksi: Mengurangi interaksi dengan objek perasaan membantu meredam obsesi.
Alihkan Fokus: Isi waktu dengan hobi, belajar keterampilan baru, atau kegiatan positif lainnya.
Cari Dukungan: Bicara dengan teman atau orang terpercaya untuk membantu memahami perasaanmu.
Konsultasi Profesional: Terapi, terutama terapi perilaku kognitif (CBT), bisa membantu mengubah pola pikir negatif dan obsesi.
Kapan Harus ke Psikolog?
Bantuan profesional diperlukan jika:
Perasaan ini mengganggu pekerjaan, sekolah, atau kehidupan sosial.
Mulai muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri.
Sulit mengendalikan emosi dan perilaku terkait objek perasaan.
Psikolog akan membantu menelusuri akar masalah dan merancang terapi yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Bisa Dicegah?
Meskipun tidak sepenuhnya bisa dicegah, kamu bisa mengurangi risikonya:
Bangun kepercayaan diri dan self-worth yang kuat.
Jalin hubungan sehat dengan orang-orang sekitar.
Kelola stres melalui aktivitas positif seperti olahraga dan meditasi.
Waspadai tanda awal obsesi, dan segera ambil langkah jika merasa terjebak.
Dengan mengenali gejala limerence sejak awal, kamu bisa mencegahnya berkembang menjadi masalah serius. Ingat, cinta yang sehat tidak membuatmu kehilangan dirimu sendiri.
Jika kamu membutuhkan versi pendek, infografis, atau tambahan kutipan medis—silakan beri tahu!
Reference : Halodoc